Spekulasi Pelaku Pasar Terjawab! The Fed Belum Siap Pangkas Suku Bunga


Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah sudah mulai menguat beberapa hari terakhir, akan tetapi hari ini, Kamis (1/2/2024) potensi bergerak volatile lantaran bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) tampak masih ragu untuk lakukan pemangkasan suku bunga dalam jangka pendek.

Read More

Dilansir dari Refinitiv, pada perdagangan kemarin, Rabu (31/1/2024) rupiah ditutup menguat tipis 0,01% di angka Rp15.775/US$. Penguatan ini terjadi dalam perdagangan empat hari beruntun sejak 26 Januari 2024


Penguatan rupiah kemarin sejalan dengan ekspektasi pasar yang semakin kuat melihat potensi the Fed kembali menahan suku bunga pada pertemuan akhir Januari.

Dan hasilnya semalam sesuai dengan ekspektasi, The Fed kembali menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50%. Namun, The Fed mengisyaratkan belum akan memangkas suku bunga acuan pada Maret mendatang.

Dalam pernyataan resminya mengatakan pemangkasan suku bunga tidak layak dilakukan selama mereka belum yakin jika inflasi bergerak ke arah 2%.

“Komite sangat berkomitmen untuk membawa inflasi ke target sasaran 2%. Inflasi sudah melandai dalam setahun terakhir tetapi kamu masih memberi perhatian penuh terhadap risiko inflasi” tutur pernyataan The Fed dalam situs resminya.

Keinginan pelaku pasar melihat pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat sepertinya belum akan terwujud.
Chairman The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers, Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia, mengatakan jika ekonomi AS saat ini masih sangat kuat.

Dengan ekonomi dan inflasi AS yang masih kuat, Powell menegaskan jika The Fed belum cukup percaya diri untuk memangkas suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Maret mendatang.

“Berdasarkan pertemuan hari ini, saya ingin mengatakan pada Anda jika saya merasa komite belum mencapai level percaya diri untuk menentukan apakah Maret adalah saat yang tepat untuk itu (pemangkasann suku bunga),” tutur Powell dalam konferensi pers usai rapat FOMC, dikutip dari CNBC International.

Selain itu, sentimen yangpengaruhi rupiah pada hari ini, Kamis (1/1/2024) akan ada dari rilis PMI Manufaktur Indonesia periode Januari 2024 dan data inflasi Indonesia periode Januari 2024.

Diketahui, Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia tercatat sebesar 52,2 poin pada periode Desember 2023. Angka tersebut melesat 0,97% dibandingkan pada periode bulan November 2023 yang sebesar 51,7 poin.

PMI manufaktur Indonesia tetap berada di zona ekspansif lantaran skornya di atas 50 poin. Angka tersebut sudah bertahan selama 28 bulan berturut-turut.

Pada periode Desember 2023, pertumbuhan permintaan baru menjadi yang tercepat sejak September 2023. Selain itu, permintaan asing sedikit membaik untuk pertama kalinya dalam tiga bulan. Ekspansi permintaan baru juga mendorong perusahaan manufaktur di dalam negeri untuk menaikkan jumlah pekerja selama dua bulan berturut-turut.

Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini juga akan mengumumkan data inflasi Januari 2024.

Inflasi Indonesia diperkirakan melandai pada Januari 2024 sesuai pola musimannya. Inflasi melandai karena harga sejumlah bahan pokok dan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan inflasi Januari 2024 akan mencapai 0,29% dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). Hasil polling juga memperkirakan inflasi (year on year/yoy) akan berada di angka 2,53% pada bulan ini. Inflasi inti (yoy) diperkirakan mencapai 1,73%.

Sebagai catatan, inflasi pada Desember 2023 tercatat 2,61% (yoy) dan 0,41% (mtm) sementara inflasi inti mencapai 1,81% (yoy).

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, rupiah mulai bergerak menembus ke bawah garis rata-rata selama 20 jam dan 50 jam (Moving Average/MA20 dan MA50). Rupiah dalam jangka pendek potensi menguat ke garis rata-rata selama 100 jam (Moving Average/MA100) di posisi Rp15.750/US$

Namun, jika ada pembalikan arah melemah bisa diantisipasi ke posisi level psikologis Rp15.800/US$. Jika ini tertembus, resistance selanjutnya akan berada di posisi Rp15.830/US$, ini didapatkan dari garis horizontal berdasarkan high candle intraday pada 26 Januari 2024.




Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Tren Suku Bunga Tinggi AS Mereda, Rupiah Malah Dibuka Ambles!

(tsn/tsn)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts