Suhu Mendidih Belum Untungkan Batu Bara, Harganya Malah Adem

Jakarta, CNBC Indonesia – Gelombang panas yang melanda Asia belum mampu mendongkrak harga batu bara.

Read More

Pada perdagangan Senin (24/4/2023), harga batu bara kontrak Mei di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 186,1 per ton. Harganya turun 1,72%.

Pelemahan ini memperpanjang derita batu bara yang sudah melemah dalam dua hari sebelumnya. Dengan pelemahan kemarin maka harga pasir hitam sudah melemah 5,3% dalam tiga hari perdagangan beruntun.

Harga batu bara justru melemah di tengah proyeksi kenaikan permintaan setelah Asia dilanda gelombang panas.





S&P Global dalam Market Movers Asia memperkirakan gelombang panas akan meningkatkan permintaan batu bara.

Pasalnya, permintaan listrik akan meningkat untuk penggunaan pendingin. Sebaliknya, produksi listrik dari pembangkit listrik akan berkurang karena pasokan air yang berkurang.

Gelombang panas di India dan China sempat membuat harga batu bara melambung pada tahun lalu.

“Permintaan batu bara thermal sepertinya akan meningkat karena India tengah mempersiapkan pasokan untuk musim panas serta gelombang panas yang tengah terjadi,” tulis S&P Global.


Sejumlah wilayah di banyak negara kini sudah dan tengah dilanda gelombang panas, di antaranya adalah:

Maksimum Harian Tertinggi (11-20 April 2023, derajat Celcius):

1. 17 April, Kumarkhali, Kusthia, Bangladesh = 51,2
2. 20 April, Chauk (Myanmar) = 45,5
3. 18 April, Chauk (Myanmar) = 45,3
4. 18 April, Bundi (India) = 45,2
5. 19 April, Chauk (Myanmar) = 45,0
6. 19 April, Nyaung-U (Myanmar) = 45,0
7. 14 April, Chauk (Myanmar) = 44,8
8. 18 April, Prayagraj/ Ghoopur (India) = 44,6
9. 17 April, Prayagraj/ Ghoopur (India) = 44,6
10. 15 April, Tak (Thailand) = 44,6.

Harga batu bara juga melemah di tengah positifnya perkembangan di China.
Pelaku pasar kini tengah menunggu laporan dari Tiongkok mengenai operasional perusahaan migas mereka.

Produksi minyak mentah China naik 5,5% pada kuartal I-2023. Volume produksi bahkan mencapai ke 14,97 juta barel per day pada Maret 2023, atau tertinggi dalam tujuh tahun.

Namun, impor menembus 52,3 juta ton atau 12,3 juta barel per hari (bpd) pada Maret karena konsumsi yang meningkat.

Data konsumsi ataupun produksi komoditas di China akan menjadi arah bagaimana pergerakan permintaan dan konsumsi masyarakat China saat ini.

China adalah konsumen besar untuk sejumlah komoditas, termasuk minyak dan batu bara sehingga pergerakan permintaan di Tiongkok akan sangat menentukan harga komoditas.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Pekan Lalu Melesat 7%, Batu Bara Bakal Tembus US$ 400/Ton?

(mae/mae)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts