Target RI Jadi Negara Maju Ambisius Tapi Realistis

Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui bahwa target Indonesia sebagai negara maju pada 2045 yang telah dicanangkan Presiden Joko Widodo adalah ambisius.

Read More

Meski begitu, ia menekankan, target itu realistis, karena Indonesia memiliki modal dan peluang menjadi negara berpendapatan tinggi pada 100 tahun kemerdekaan mendatang. Pada 2045, pemerintah menargetkan pendapatan per kapita sebesar US$ 23.000-30.300 per tahun dari 2022 sebesar US$ 4.580.

“Target ini ambisius tapi realistis. Oleh karenanya dibutuhkan smart execution dan strong collaboration dari berbagai pihak, pemerintah, masyarakat, pelaku usaha, cendekiawan, dan tentunya universitas,” kata Airlangga dalam acara Indonesia Economic Outlook Seminar 2024, Selasa (21/11/2023).

Airlangga pun mengungkapkan empat peluang atau potensi yang saat ini dimiliki Indonesia untuk bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah atau middle income trap dan menjadi negara maju pada 2045, yaitu populasi, hilirisasi, digitalisasi, dan inovasi.

Dari sisi populasi, ia mengatakan, Indonesia dianugerahi dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia. Namun, jumlah populasi itu tidak boleh hanya dibiarkan menjadi konsumen saja yang selama ini menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia di level 5%.

Maka, ia memastikan pemerintah akan mengurus populasi besar ini dengan meningkatkan kemampuan dan produktivitasnya melalui reformasi di sektor pendidikan dan ketenagakerjaan. Termasuk melibatkan pihak swasta untuk memberikan berbagai pelatihan.

Salah satu program pelatihan yang Airlangga sebut kini telah dimiliki Indonesia hasil kerja sama dengan pihak swasta ialah program akademi kepemimpinan digital dan beasiswa talenta digital yang dibentuk Apple, Microsoft, serta Amazon terhadap 9 juta talenta digital Indonesia selama 5 tahun mendatang.

“Penduduk terbesar itu perlu diimbangi dengan kualitas sumber daya yang baik agar menghasilkan output perekonomian yang tinggi,” ucap Airlangga.

Adapun untuk modal kedua, yakni hilirisasi, menurutnya akan menjadi salah satu faktor pendorong ekonomi Indonesia ke depan karena Indonesia tidak lagi mengekspor sumber daya alam (SDA) mentahan, melainkan mengolahnya terlebih dahulu untuk memberikan nilai tambah.

“Saat ini hilirisasi sudah dibangun dengan membangun ekosistem di sektor manufaktur maupun sektor berbasis kendaraan listrik dan juga hilirisasi mineral sebagai nilai tambah menuju industrialisasi yang bermanfaat,” tuturnya.

Modal ketiga, yang terkait digitalisasi, menurutnya akan terus menjadi modal baru penopang pergerakan ekonomi karena nilai ekonomi digital ASEAN terus berkembang, dari saat ini sekitar US$ 80 miliar menjadi US$ 1 triliun pada 2040.

“Indonesia pun memiliki lebih dari 2.500 start up dan ini ranking keenam dunia. Pemerintah terus mengakselerasi pembangunan infrastruktur digital sejak zaman pemerintahan Presiden Jokowi, dan pemerintah telah membangun 12 ribu km jaringan tambahan BTS di 1800 titik, serta meluncurkan satelit multifungsi satria untuk melayani akses internet di wilayah 3T,” tegas Airlangga.

Modal terakhir, atau yang keempat, menurutnya ialah tren inovasi di dalam negeri. Ini kata dia terjadi di tengah berjalannya revolusi industri 4.0 sejak 2011 silam. Ditandai dengan masuknya sistem kecerdasan buatan dan otomasi dalam industri.

“Oleh karena itu, peningkatan kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi penting dan perguruan tinggi tentu menjadi bagian mendidik generasi muda kita,” ungkapnya.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Pembangunan Smelter Berjalan “Lambat”, Hiliriasi Terhambat?

(mij/mij)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts