Ternyata Ini Asal Usul Kekayaan Jokowi, Tak Banyak yang Tahu

Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mulai bekerja di perusahaan kertas PT Kraft Aceh setelah menamatkan kuliahnya pada 1985. Namun demikian, masa kerja Jokowi di perusahaan tersebut hanya dua tahun saja.

Read More

Menurut Jokowi yang kemudian membuat dirinya tak tahan adalah budaya kerja. Perintah kerja dilakukan dengan gaya keras yang sudah tidak bisa lagi ia terima.

“Suruh menyuruh berlangsung sangat otoriter, padahal kinerja telah berjalan cukup baik. Itu membuat saya kerasan,” tutur Jokowi, sebagaimana dipaparkan Alberthiene Endah dalam Jokowi: Memimpin Kota, Menyentuh Jakarta (2012).

Akhirnya, pada 1987 Jokowi pulang kampung. Dari tabungan yang diperoleh dari gaji, dia pun ingin mencoba berbisnis. Sektor industri kayu atau mebel lantas menjadi pilihannya.

Namun, untuk memulai itu semua diperlukan modal besar. Sementara duit yang dipunyai Jokowi tak mencukupi. Mau tidak mau dia harus menjadi karyawan lagi.

Beruntung, dia diajak kerja oleh saudaranya pemilik perusahaan kayu bernama Miyono. Bisnis Miyono mulai dari mebel, lantai kayu, dan berbagai kebutuhan rumah tangga.

Kendati bekerja bersama saudara, Jokowi tidak mendapat keistimewaan. Dia dipaksa menggergaji, menyerut kayu, mengecat, termasuk mengangkut barang ke kontainer.

Setelah setahun, barulah Jokowi bekerja ala kantoran. Dia kemudian ditugasi desain, pemasaran, hingga pengelolaan Sumber Daya Manusia.

“Semua dinikmati. Saya belajar banyak,” kata Jokowi.

Hingga pada akhirnya, keberanian pun muncul dari Jokowi. Setelah punya pengalaman dan modal pinjaman bank sebesar Rp 30 juta, dia mendirikan perusahaan sendiri pada 21 Februari 1988. Namanya CV Rakabu, berdiri di kios kecil yang berada di daerah Kadipiro, Solo.

Pada tahun tersebut, Indonesia masih dianggap Macan Asia. Pertumbuhan ekonominya cepat, kala itu. Gambaran itulah yang membuat Jokowi percaya langkahnya berwirausaha tidak salah.

Pada tahun-tahun pertama karyawannya hanya tiga orang. Bersama-sama Jokowi, seluruhnya bertugas di sektor produksi. Tak jarang, Jokowi membawa pulang pekerjaannya ke rumah hingga serbuk gergaji kayu mengudara ke seisi rumah.

Prosesnya tak mudah, begitu juga saat memasarkan barang. Kala itu, Rakabu adalah pemain kecil dan tidak ada yang mengenalnya. Terpaksa, Jokowi harus ‘jemput bola’.

Dia mendatangi setiap rumah yang sedang dibangun untuk menawarkan furniture. Ada yang berhasil, tetapi banyak pula gagalnya. Namun, upayanya perlahan membuahkan hasil.

Keberhasilan inilah yang membuat bengkelnya tak pernah sepi dari suara bising gergaji. Setelah modal cukup banyak, Jokowi memberanikan diri ekspansi ke Jakarta pada 1990. Di Ibukota, dia mendapat order terbesar sejak awal Rakabu berdiri. Total ordernya mencapai Rp 60 juta.

Dia bergegas kembali ke Solo dan mengerjakan itu semua. Nahas, ketika barang telah jadi dan sudah dikirim si pemesan kabur. Duit Rp 60 juta itu kandas. Jokowi kena tipu.

Seingat ibunya, Sudjiatmi, kasus penipuan ini membuat Jokowi sangat terpuruk. Sebab, bisnis yang dia rintis dari nol terpaksa bangkrut akibat kebodohannya. Sampai dia pun harus menganggur dan bekerja serabutan selama berbulan-bulan.

“Jokowi kerap datang ke rumah dengan wajah murung. Selalu klemprak-klemprak (tidak bersemangat),” kata Sudjiatmi dalam Saya Sujiatmi, Ibunda Jokowi (2014) karya Fransisca Ria Susanti & Kristin.

Agar Jokowi tidak terpuruk, Sudjiatmi mengeluarkan semua tabungan dan meminjam ke bank untuk modal usaha senilai Rp 30 juta. Dari sini, usaha Rakabu pun bangkit.

Permintaan furniture mulai banyak. Kali ini dia tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Sebelum memulai produksi, dia menagih uang muka terlebih dahulu.

Di waktu bersamaan, Jokowi pun mendapat modal dari Perusahaan Gas Negara (PGN) sebesar Rp 500 juta. Modal inilah yang membuat Jokowi giat berekspansi dan berani melakukan ekspor. Pabrik dan karyawan juga mulai banyak.

Sejak 1991, Jokowi kerap bolak-balik Solo-Jakarta-Singapura untuk menjajakan furniture Rakabu. Dari Singapura, Jokowi kerap mendapat pesanan belasan kontainer berisi barang-barang kayu. Inilah awal mula kesuksesan Jokowi.

Dalam kurun 1994-1996, produksi mebel Jokowi melesat. Total, dia punya 8 pabrik dengan ratusan karyawan. Praktis, kekayaan Jokowi pun meningkat. Dia kini sudah mampu membeli rumah sendiri di Solo, setelah bertahun-tahun ngontrak.

Saat periode krisis 1997-1998 dan bisnis orang hancur, Rakabu justru makin moncer. Diketahui, kala itu Rakabu mulai merambah pasar Australia, Amerika, Timur Tengah, dan tentu Asia. Sejak inilah, Jokowi mulai merasakan manisnya perjuangan berwirausaha.

Berkat inilah tak heran kalau Jokowi, pengusaha yang kini menjabat sebagai presiden, punya banyak harta. Dia tercatat memiliki banyak tanah, kendaraan dan aset lain. Berdasarkan LHKPN 2023, seluruh kekayaannya tercatat bernilai Rp 82 miliar.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Video: Hore! Bantuan Kendaraan Listrik Meluncur

(luc/luc)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts