Wall Street Dibuka ‘Galau’ di Awal Pekan, Ada Apa?


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street dibuka cenderung mendatar pada perdagangan Senin (27/11/2023), setelah pada pekan lalu terpantau melesat karena perdagangan diperpendek dalam rangka Hari Thanksgiving.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dibuka naik tipis 0,01% ke posisi 35.393,07 dan Nasdaq Composite juga naik tipis 0,04% menjadi 14.256,21. Namun untuk indeks S&P 500 dibuka turun tipis 0,03% menjadi 4.557,75.

Cenderung mendatarnya Wall Street di awal perdagangan hari ini terjadi karena beberapa peritel di AS melaporkan belanja konsumen yang melemah, meski tercatat bahwa belanja di e-commerce meningkat 7,5% dari tahun sebelumnya karena ditopang oleh Black Friday.

Peritel Best Buy memangkas prospek penjualan pada 2023, seiring perusahaan tersebut melewati periode permintaan yang lebih dingin dan bersiap menghadapi pembeli liburan yang sadar harga.

Sedangkan peritel mewah Nordstrom mengatakan penjualan turun hampir 7% secara tahunan (year-on-year/yoy), menggemakan komentar pengecer lain tentang permintaan yang lebih lemah dan konsumen yang mengalami tekanan anggaran.

Data belanja yang lemah dapat menunjukkan bahwa kenaikan suku bunga Federal Reserve pada akhirnya mulai membebani perekonomian secara luas.

Di lain sisi, pelaku pasar global sepertinya sedang ‘mengambil napas tajam’ setelah melihat indeks volatilitas Chicago Board Options Exchange (CBOE) VIX alias ‘indeks rasa takut’ (fear index), indeks yang nilai volatilitas pasar atau kondisi risiko pasar keuangan.

Indeks ini mencapai titik terendah sejak sebelum pandemi melanda dan ketika indeks saham utama Tiongkok terus melemah.

Indeks VIX pada hari ini berada di angka 12,93, yang menandakan bahwa keyakinan diri para investor cenderung tinggi, karena berada di bawah angka acuan 30.

VIX umumnya menggambarkan nilai indikatif 30. Jika pembacaan VIX di atas 30, menyiratkan volatilitas yang tinggi dan rasa takut yang terdapat di antara para investor. Sebaliknya, nilai di bawah 30 menunjukkan keyakinan diri para investor, atau lebih tepatnya, volatilitas yang lebih rendah di pasar.

Mereka optimis bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dapat bersikap melunak (dovish) pada pertemuan berikutnya.

Hal ini dibuktikan dengan perangkat CME Fedwatch, di mana sebanyak 94,1% berekspektasi bahwa kemungkinan besar The Fed tidak akan lagi menaikkan suku bunganya

Dengan kata lain, mereka menduga posisi saat ini dengan suku bunga 5,25-5,5%, sudah masuk terminal rate.

Ketika para pejabat The Fed masih berdebat persoalan terlalu dini untuk membicarakan penurunan suku bunga, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) kembali melandai

Yield Treasury acuan tenor 10 tahun turun 3,3 basis poin (bp) menjadi 4,451%, dari sebelumnya pada perdagangan Jumat pekan lalu di 4,484%.

Di lain sisi, investor sebagian besar menanti rilis data inflasi Personal Consumption Expenditure (PCE) periode Oktober yang akan dirilis pada Kamis mendatang dan pidato Ketua The Fed, Jerome Powell pada Jumat pekan ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Amerika Turun Derajat, Wall Street Dibuka Kebakaran

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts