AS-China Beri Kabar Baik, Rupiah Bakal Happy Weekend?


Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah terus menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), terutama setelah rilis cadangan devisa RI yang tetap memadai dan neraca dagang China membaik.

Read More

Melansir data Refinitiv, rupiah pada perdagangan kemarin, Kamis (7/3/2024) menguat 0,29% ke posisi Rp15.650/US$. Penguatan ini terjadi dalam dua hari beruntun di mana satu hari sebelumnya terapresiasi sebesar 0,44%.



Rupiah menguat di tengah posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2024 sebesar US$ 144 miliar. Realisasi ini turun dibandingkan posisi pada akhir Januari 2024 sebesar US$ 145,1 miliar.

Berdasarkan siaran pers Bank Indonesia, Kamis (7/3/2024) penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Rilis data dari China terkait neraca dagang juga tampak direspon positif oleh pasar keuangan RI. Sepanjang Januari – Februari 2024, neraca dagang sang Naga Asia ini tercatat surplus US$ 1215,16 miliar.

Nilai tersebut melonjak signifikan dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 103,8 miliar dan melampaui perkiraan pasar sebesar US$ 103,7 miliar.

Surplus neraca dagang China disinyalir karena ekspor meningkat lebih besar dibandingkan impor. Ekspor tumbuh sebesar 7,1%, mengalahkan ekspektasi pertumbuhan 1,9%, sementara impor naik 3,5%, dibandingkan ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan 1,5%

Posisi China sebagai partner dagang RI terbesar, pertumbuhan baik dari sisi ekspor-impor tentu akan menguntungkan. Pasalnya, siklus perdagangan menjadi lebih lancar dan memberikan inflow ke RI.

Beralih pada hari ini, Jumat (8/3/2024) investor akan merespon data dari AS, terutama rilis data pekerjaan terbaru yang dapat menjadi perhitungan dalam memprediksi pemangkasan suku bunga The Fed.

Jumlah orang yang mengklaim tunjangan pengangguran di AS adalah 217 ribu pada pekan yang berakhir 2 Maret 2024, tidak berubah dari tingkat revisi minggu sebelumnya dan di atas ekspektasi pasar sebesar 215 ribu.

Level minggu sebelumnya direvisi naik 2K dari 215K menjadi 217K. Sementara itu, klaim pengangguran berkelanjutan naik sebesar 8 ribu menjadi 1906 ribu pada minggu sebelumnya, tertinggi sejak November, dan di atas ekspektasi pasar sebesar 1889 ribu. Rata-rata pergerakan 4 minggu turun 750 menjadi 212,25 ribu

Angka dari jumlah klaim pengangguran yang meningkat akan menjadi sentimen baik karena dipandang menjadi ‘pelicin’ The Fed untuk menurunkan suku bunga segera.

Sebagai catatan pada kemarin dini hari, Jerome Powell dalam pidatonya kepada anggota parlemen AS memperkirakan akan menurunkan suku bunga acuannya pada tahun ini, namun secara tepat kapan turun masih belum bisa dipastikan.

Secara keseluruhan, pidato tersebut tidak memberikan landasan baru terhadap kebijakan moneter atau prospek ekonomi The Fed. Namun, komentar tersebut mengindikasikan bahwa para pejabat tetap khawatir agar tidak kehilangan kemajuan yang telah dicapai terhadap inflasi dan akan mengambil keputusan berdasarkan data yang masuk, bukan berdasarkan arah yang telah ditetapkan.

Ia kembali menekankan bahwa menurunkan suku bunga terlalu cepat berisiko kalah dalam melawan inflasi dan kemungkinan harus menaikkan suku bunga lebih lanjut,

Teknikal Rupiah

Rupiah dalam basis waktu per jam terpantau semakin kokoh dalam tren penguatannya. Hal ini terlihat setelah berhasil menembus garis rata-rata selama 200 jam atau moving average/MA 200.

Jika penguatan berlanjut dengan menembus support level psikologis Rp15.600/US$. Rupiah potensi bisa lanjut menguat dengan support selanjutnya di Rp15.580/US$ yang didapatkan dari garis horizontal dari low candle intraday pada 23 Februari 2024.

Sementara itu, pelaku pasar tetap perlu mencermati resistance terdekat sebagai antisipasi jika ada pembalikan arah melemah di Rp15.680/US$ berdasarkan garis MA200.




Foto: Tradingview
Rupiah melawan dolar AS dalam basis waktu per jam

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Inflasi RI Melandai ke 2,61%, Bagaimana Efeknya ke Rupiah?

(tsn/tsn)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts