Asing Masih Tertarik Surat Utang RI, Kemenkeu Beri Buktinya!

Jakarta, CNBC Indonesia – Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Suminto meyakini investor asing masih akan terus melirik surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun, meskipun imbal hasil semakin mengetat selisihnya dengan US Treasury 10 tahun.

Read More

Ia mengakui, dengan terus ditahannya suku bunga acuan BI-7 day reverse repo rate di level 5,75% di tengah tren kenaikan suku bunga acuan global, termasuk Fed Fund Rate yang kini di level 5,25-5,5%, telah membuat selisih atau spread imbal hasil SUN 10 tahun dengan UST 10 Tahun semakin tipis jaraknya.

“Jadi kan memang sekarang spread antara UST dengan SUN 10 tahun kita sangat tipis, paling tipis ever, lower ever,” kata Suminto saat ditemui di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (24/8/2023).

Kondisi ini membuat investor asing sepi minat untuk melakukan penawaran dalam lelang SUN. Saat lelang tujuh seri SUN pada Selasa (22/8/2023) ada tiga seri yang tak laku dengan tenor kurang dari lima tahun. Di antaranya yang tak dilirik investor asing adalah SPN03231122, SPN12240822, dan FR0095.

Menurut Suminto, kondisi itu disebabkan sikap wait and see dari para investor asing terhadap kebijakan suku bunga Bank Sentral AS The Federal Reserve atau The Fed. Permintaan yield atau imbal hasil dari SUN pun menjadi sangat tinggi meski penawaran secara total masih tinggi, yakni Rp 34,6 triliun pada lelang Selasa.

“Jadi kemarin kan sebenarnya incoming bids masih bagus, kemarin kan Rp 37 triliun, cuma kan kita hanya ambil Rp 7,87 triliun, jadi di bawah target karena pricingnya minta terlalu tinggi yieldnya. Jadi kelihatannya memang investors wait and see dengan Fed decision ya,” ucap Suminto.

Karena dari sisi penawaran secara total masih tinggi, Suminto mengatakan, hal ini yang membuat pemerintah optimistis bahwa surat utang negara masih akan terus dilirik asing, dan akan membuat shortage pembiayaan.

“Kita lihat bahwa asing pun masih cukup baik appetitenya ke kita, year to date itu asing masih positif di pasar SBN Rp 89,8 triliun kalau dibulatkan Rp 90 triliun lah dan artinya meski spreadnya sangat tipis tapi asing juga masih cukup besar minatnya untuk masuk,” tegas dia.

Dari sisi imbal hasil atau yield SUN pun kata dia kini sudah semakin pulih dari sebelumnya terus merangkak naik menjadi turun dalam dua hari terakhir, yakni untuk hari ini telah turun turun 7,10 basis points (bps), dan kemarin turun 4,3 bps, sehingga dalam dua hari turunnya sudah sebesar 10,4 bps.

“Meaning bahwa pasar kita mulai recover juga dalam 2 hari terakhir ini,” ucapnya.

Oleh sebab itu, ke depan ia meyakini kondisi ini akan terus mendukung pembiayaan terhadap APBN hingga akhir tahun, apalagi likuiditas domestik juga masih cukup supportif dengan kapasitas investor domestik untuk menyerap penerbitan SBN masih cukup baik.

“Jadi sekarang lebih ke seperti lelang kemarin lebih ke kelihatannya investor masih wait and see dari sisi incoming bids masih cukup besar cuma mereka minta yield yang lebih tinggi dari yang kita mau, sehingga incoming bids masih tinggi tapi kita gak ambil mencapai target,” ujar Suminto.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Tutup Usia, Ini Jejak Karir Mentereng Rahmat Waluyanto

(mij/mij)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts