Bankir-Bankir Senior Yakin RI Selamat dari Krisis Perbankan

Jakarta, CNBC Indonesia – Krisis perbankan di Amerika Serikat yang dipicu kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) pada bulan Maret lalu belum berakhir dan semakin meluas. Bahkan, saham-saham bank regional AS sudah terkena dampaknya.

Read More

Terbaru, saham holding perbankan Arizona, Amerika Serikat PacWest Bancorp anjlok 56% dalam perpanjangan perdagangan pada hari Rabu (3/5/2023). Bank regional lainnya juga menurun dalam perdagangan yang diperpanjang setelah laporan tersebut, yakni saham SPDR S&P Regional Banking ETF rontok 5,3%, saham Western Alliance Bancorp turun 27%, sedangkan Comerica ambles 10%. Saham KeyCorp juga ikut turun 7%.

Krisis perbankan ini dikhawatirkan akan meluas ke global termasuk Indonesia. Namun, bankir senior Taswin Zakaria mengatakan bahwa krisis perbankan menimpa di AS belum merupakan masalah sistemik industri.

“Skalanya belum cukup besar untuk menjadi ‘contagious’ (mudah menular),” kata Taswin yang juga merupakan Direktur Utama PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII), saat dihubungi CNBC Indonesia pada Kamis (5/5/2023).

Terlebih, kata Taswin, bank-bank bermasalah di AS sudah di ‘bail-out’ atau diambilalih oleh bank-bank besar. Selain itu, para deposan bank-bank bermasalah AS juga dijamin dananya kecuali untuk pemegang surat utang.

“Efeknya di luar AS boleh dibilang tidak ada,” kata Taswin.

Namun begitu, ia mengatakan bahwa kemungkinan bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) akan tetap menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi di AS. Menurutnyam The Fed tidak akan mengerem suku bunga karena kolapsnya bebepa bank di AS.

Sementara itu, sebelumnya Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) atau BCA Jahja Setiatmadja mengatakan bahwa masalah utama dari kejatuhan First Republic adalah soal kualitas. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya saham JPMorgan Chase & Co (NYSE:JPM) usai mengakuisisi bank yang bermasalah itu.

Saat dihubungi CNBC Indonesia, Jahja menyoroti bagaimana harga saham JPM naik dari US$ 130 naik ke US$ 141 per saham.

“Di sana [Amerika Serikat], bank yang jelek amblas. Tapi seperti JPMorgan Chase & Co, sahamnya naik,” ujarnya, Selasa (2/5/2023).

“Ya, jadi [kegagalan bank] goes to quality, ya,” katanya lagi.

Ia juga optimis perbankan Indonesia aman dan terhindar dari krisis perbankan yang belum selesai di AS itu.

Terkait dengan bank regional AS yang ikut menjadi korban, bankir Yuddy Renaldi selaku Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Banten Tbk. (BJBR) meyakini dampaknya sangat minim di Indonesia. Apalagi, kata dia, dari bagaimana ketahanan perbankan Indonesia yang baik, ditunjukkan dari rasio kecukupan modal (CAR) tergolong kuat berada di atas 25%, demikian juga rasio kredit bermasalah (NPL) yang terjaga di level 2,59%.

Ditambah lagi, kata Yuddy, Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan berbagai kebijakan berupaya menjaga stabilitas dan ketahanan perbankan. Sehingga dapat meredam dampaknya terhadap industry perbankan Indonesia.

“Bank Pembangunan Daerah (BPD) pada khususnya memiliki eksposur yang minimum terhadap krisis yg terjadi di US, di sisi lain dukungan dari pemegang saham yang merupakan Pemerintah Daerah juga sangat kuat baik dari sisi likuiditas maupun permodalan,” kata Yuddy saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (4/5/2023).

Belum lagi, katanya, beberapa BPD sudah menjajaki skema kelompok usaha bersama (KUB).

“Sehingga BPD yang lebih kecil akan memperoleh bantuan khususnya dalam hal likuiditas dan permodalan dari BPD yang lebih besar yang menjadi induk KUB-nya, sebagaimana yang saat ini Bank BJB jajaki dengan beberapa BPD,” terangnya.

Adapun KUB adalah salah satu skema konsolidasi yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK). Ini merupakan salah satu upaya untuk mendorong pemenuhan modal inti minimum Rp3 triliun.

Dengan skema ini, bank anggota hanya perlu memiliki modal inti sebesar Rp1 triliun. Sementara bank induk akan bertanggung jawab terhadap keberlangsungan anggota skema KUB ini.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Bos BRI Buka-Bukaan Soal Indikator Bank RI Tahan Krisis

(Zefanya Aprilia/ayh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts