Banyak Kabar Baik, Harga Emas Malah Jatuh ke Terendah 6 Pekan


Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas belum juga membaik meskipun inflasi Amerika Serikat (AS) bergerak di bawah ekspektasi pasar. Pada perdagangan Kamis (10/8/2023), harga emas ada ditutup di posisi US$ 1.912,06 per troy ons atau melemah 0,13%.

Read More

Pelemahan ini memperpanjang derita emas menjadi empat hari beruntun. Harga emas sudah ambruk 1,52% dalam empat hari perdagangan terakhir.

Sang logam mulia masih terpuruk pada pagi hari ini. Pada perdagangan Jumat (11/8/2023) pukul 06:18 WIB harga emas di pasar spot di posisi US$ 1.911,67 Harganya melemah 0,02%.
Posisi emas saat ini adalah yang terendah sejak 29 Juni 2023 atau dalam enam pekan terakhir.


Harga emas ambruk meskipun ada dua kabar gembira dari Amerika Serikat (AS) yakni inflasi dan klaim pengangguran. Inflasi AS mencapai 3,2% (year on year/yoy) pada Juli 2023, meningkat dibandingkan 3,0% (yoy) pada Juni. Meskipun demikian, laju inflasi di bawah ekspektasi sebesar 3,3% YoY)

Kenaikan inflasi tersebut menjadi yang pertama kali dalam setahun terakhir, setelah dalam 12 bulan berturut-turut mencatatkan penurunan indeks harga konsumen (IHK). 

Inflasi AS sempat menyentuh 9,1% YoY pada Juni 2022, tertinggi dalam 40 tahun terakhir akibat melonjaknya harga komoditas global, tertutama di sektor energi, yang dipicu perang Rusia-Ukraina.

Adapun, inflasi inti, yang tak mencakup harga bergejolak tercatat sebesar 4,7% YoY pada Juli 2023, turun tipis dari dari bulan sebelumnya dan ekspektasi ekonom sebesar 4,8%% Yoy.

Sementara itu, secara bulanan (month-to-month/MtM) inflasi AS pada Juli 2023 tercatat sebesar 0,2%, tak berubah dari bulan sebelumnya dan sesuai dengan ekspektasi pasar.

Negeri Paman Sam juga merilis data klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir pada 5 Agustus. Jumlah pekerja yang mengajukan klaim pengangguran melonjak hingga mencapai 248 ribu. Jumlah ini lebih tinggi dari perkiraan consensus di 230 ribu.

Lonjakan data klaim pengangguran ini menjadi sinyal jika data tenaga kerja AS sudah mulai mendingin.

Kendati lebih baik dibandingkan ekspektasi pasar, harga emas tetap jatuh. Pelaku pasar melihat inflasi AS masih tinggi dan sulit bergerak menuju target bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yakni 2%.

Kondisi ini membuat pasar pesimis jika The Fed akan segera melunak. Terlebih, sejumlah pejabat The Fed masih menyuarakan hawkish.
Presiden The Fed San Fransico
Mary Daly mengatakan jika The Fed masih memiliki pekerjaan panjang untuk menekan inflasi.

Analis dari Capital Economics, Edward Gardner, mengatakan harga emas terjun karena pelaku pasar shock dengan data inflasi.
“Angka inflasi benar-benar mengejutkan sehingga harga emas pun melemah,” tutur Gardner, dikutip dari Reuters.

Kendati melemah, OCBC Executive Director dan FX Strategist Christopher Wong menjelaskan harga emas bisa langsung menguat jika sudah ada sinyal pemangkasan suku bunga.

“Outlook emas sebenarnya masih bagus, emas bisa bersinar jika pelaku pasar sudah melihat ada kemungkinan The Fed memangkas suku bunga atau ada tren disinflasi,” tutur Wong.


CME’s FedWatch Tool menunjukkan pasar melihat 90,5% kemungkinan The Fed akan menahan suku bunga di level saat ini yakni 5,25-5,50% pada September.
Kemungkinan ini naik dari 86,5% pada data sebelumnya.

Harga emas sangat rentan terhadap kebijakan suku bunga AS. Jika suku bunga naik maka dolar AS akan menguat sehingga harga emas semakin tidak terjangkau untuk dibeli sehingga tidak menari,

Kenaikan suku bunga juga akan mengerek imbal hasil surat utang pemerintah AS. Emas tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil surat utang membuat emas kurang menarik.


CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Pelaku Pasar Lagi Bingung, Harga Emas pun Limbung

(mae/mae)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts