BI Siapkan ‘Jamu Manis’ Buat Sektor Tambang Hingga Properti

Jakarta, CNBC Indonesia – Bank Indonesia (BI) mengungkapkan tengah mempersiapkan stimulus makroprudensial untuk memperkuat likuiditas perbankan. Dalam rangka meningkatkan penyaluran kredit perbankan.

Read More

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, selama ini bank sentral memberikan stimulus makro ekonomi dalam bentuk tambahan likuiditas kepada bank-bank yang menyalurkan kredit kepada 46 sektor usaha, baik itu kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan ekonomi hijau.

“Totalnya Rp 108,4 triliun kepada 122 bank. Itu stimulus makro prudensial dalam bentuk injeksi atau insentif likuiditas, yang selama ini fokusnya untuk mendorong pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19,” jelas Perry dalam konferensi pers, Kamis (22/6/2023).

Adanya stimulus makroprudensial itu, yang kemudian, kata Perry dapat memulihkan sebagian besar dunia usaha pasca terkena dampak karena pandemi covid.

Nah, di tengah pemerintah ingin mendorong hilirisasi pertambangan, pertanian, perkebunan, dan perikanan, BI juga akan akan menyiapkan instrumen untuk kebijakan makroprudensial untuk mendorong sektor-sektor tersebut.

BI, kata Perry juga akan mendorong makroprudensial dari sektor perumahan untuk menjadi leading sektor. “Perumahan karena leading sektor, juga pariwisata, dan tetap kepada UMKM, KUR, dan ekonomi keuangan hijau.”

Deputi Gubernur BI Juda Agung menambahkan, kebijakan stimulus makroprudensial, berdasarkan evaluasi bersama, bahwa stimulus makroprudensial sangat mendukung likuiditas perbankan untuk menjaga pertumbuhan kredit.

“Kita tahu, kredit masih tumbuh tinggi. Tahun lalu sekitar 9,5% sampai 11%. Jadi, kebijakan ini efektif dalam mendorong pertumbuhan kredit,” tutur Juda.

Saat ini, kata Juda, BI tengah menyiapkan stimulus makroprudensial untuk sektor-sektor prioritas yang berdaya tahan resilien, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan good deliver, dan mendukung pemulihan ekonomi pasca Covid-19.

“Ke depan kita akan refocusing kalau kemarin fokusnya pemulihan ekonomi, ke depan lebih ke industrialisasi. Baik itu dari sisi pertambangan, hilirisasi maupun dari sisi pertanian, agro industri, pengolahan hasil perkebunan, dan seterusnya,” jelasnya.

“Juga sektor-sektor yang bisa mendorong pertumbuhan lebih cepat, termasuk sektor perumahan yang memang jadi leading sektor, karena dia punya forward dan backward linkage yang cukup luas,” kata Juda lagi.

Adapun BI mencatat, kredit perbankan pada Mei 2023 tumbuh 9,39% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 8,08% (yoy).

Kenaikan pertumbuhan kredit terjadi pada semua jenis kredit di sebagian besar sektor ekonomi, seperti sektor jasa dunia usaha, pertambangan, industri, dan jasa Sosial.

Pertumbuhan kredit didorong oleh peningkatan permintaan sejalan kinerja korporasi yang tumbuh tinggi serta tersedianya likuiditas dan longgarnya standar penyaluran kredit/pembiayaan perbankan.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Stress Test BI: Bank RI Tetap Kuat Dihantam Krisis Bank di AS

(cap/cap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts