Bursa Asia Mulai Bangkit Lagi, tapi Tidak Jepang & China


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka di zona hijau pada perdagangan Rabu (7/2/2024), mengikuti pergerakan Wall Street yang berhasil rebound karena dibantu oleh kinerja keuangan di Amerika Serikat (AS) yang cukup positif.

Per pukul 08:30 WIB, indeks Hang Seng Hong Kong menanjak 0,88%, Straits Times Singapura melesat 0,98%, ASX 200 Australia menguat 0,57%, dan KOSPI Korea Selatan melejit 1,87%. Sedangkan sisanya terpantau melemah.

Indeks Nikkei 225 Jepang terkoreksi 0,21% dan Shanghai Composite China terpangkas 0,31%.

Bursa Asia-Pasik yang cenderung menguat terjadi di tengah menguatnya bursa AS, Wall Street kemarin.

IndeksDow Jones Index (DJI) ditutup menguat 0,37%, S&P 500 bertambah 0,23%, dan Nasdaq Composite naik tipis 0,07%.

Wall Street menguat ditopang oleh impresifnya kinerja keuangan perusahaan. Kinerja tersebut meredam sentimen negatif dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang mengisyaratkan pemangkasan suku bunga masih jauh.

Saham Spotify terbang hampir 4% ke US$ 231,92 yang merupakan level tertingginya sejak awal 2022. Raksasa streaming asal Swedia tersebut membukukan kenaikan pendapatan 16% menjadi 3,7 miliar euro pada Oktober-Desember. Jumlah subscriber melesat 15% menjadi 236 juta pendengar.

Sebelumnya, Meta Platforms (Facebook) melaporkan pendapatan mereka pada Oktober-Desember 2023 sebesar US$ 40,1 miliar dan laba sebesar US$ 14 miliar.

Sedangkan Amazon mencatat pendapatan sebesar US$ 170 miliar pada kuartal terakhir, di atas ekspektasi pasar.

Dari setengah perusahaan yang sudah menyampaikan laporan keuangan di S&P, sebanyak 81,2% melaporkan kinerja keuangan di atas ekspektasi.Selain kinerja keuangan perusahaan, pelaku pasar juga masih mencermati sinyal suku bunga The Fed.

Seperti diketahui, Chairman The Fed, Jerome Powell sudah mengisyaratkan jika pemangkasan masih jauh.

Powell dalam wawancaranya di “60 Minutes” di CBS mengatakan jika The Fed akan berhati-hati dalam memangkas suku bunga tahun ini.

“Kami ingin melihat bukti yang lebih meyakinkan jika inflasi melaju ke kisaran 2% sebelum mengambil langkah yang sangat penting berupa pemangkasan suku bunga,” tutur Powell, dikutip dariĀ CNBC International.

Powell mengingatkan jika kebijakan pengetatan suku bunga diperkirakan bisa menyebabkan “banyak penderitaan” tetapi hal yang dia takutkan tidak terjadi. Dia menambahkan jika ekonomi AS akan kuat meskipun ada pemilu presiden pada November mendatang.

“Dengan ekonomi yang sangat kuat, sepertinya kita bisa mulai bertanya kapan memangkas suku bunga,” tutur Powell.

The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% pada pekan lalu.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Bursa Asia Dibuka Merana Lagi, Kenapa ya?

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts