Cerita Tupperware Dilanda Krisis dan Terancam Jadi Sejarah


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Tupperware, merek wadah makanan plastic yang disebut-sebut sebagai favorit emak-emak itu, menghadapi guncangan dahsyat dan nyaris bangkrut tahun ini sebelum melakukan restrukturisasi dan mengumpulkan dana darurat.

Saham perusahaan produsen wadah makanan ikonik asal Amerika yang didirikan oleh ahli kimia Earl Tupper 77 tahun lalu, anjlok hampir 50% tahun ini dan telah kehilangan kapitalisasi pasar hingga 93% dalam lima tahun. Kinerja buruk ini salah satunya diperparah setelah awal tahun ini perusahaan memberi tahu investor bahwa ada “keraguan substansial tentang kemampuan perusahaan untuk melanjutkan kelangsungan usahanya”.

Tupperware, yang mendapat keuntungan dari ledakan permintaan selama pandemi karena orang-orang tinggal di rumah, sahamnya telah turun signifkan selama 12 bulan terakhir. Hal ini lantaran perusahaan berjuang untuk menyamai pesaing wadah penyimpanan lain yang lebih inovatif mempromosikan produk mereka kepada konsumen yang lebih muda di TikTok dan Instagram.

Tupperware mengatakan tidak akan memiliki cukup uang tunai untuk mendanai operasinya kecuali dapat memperoleh dana tambahan. Perusahaan mengatakan sedang mempertimbangkan untuk melakukan PHK dan menjual beberapa portofolio real estatnya untuk menghemat uang.

Manajemen memperkirakan bahwa perusahaan mungkin tidak memiliki likuiditas yang memadai dalam waktu dekat. Maka dari itu, disimpulkan bahwa ada keraguan substansial tentang kemampuan Tupperware untuk melanjutkan kelangsungan usahanya.

Ini adalah kedua kalinya dalam waktu kurang dari enam bulan Tupperware mengeluarkan peringatan “going concern“.

Bursa saham New York juga mengatakan Tupperware dalam bahaya dihapuskan dari pasar saham karena kala itu terlambat mengajukan laporan tahunannya.

Tupperware ditengarai kehilangan jumlah penjualnya secara drastis, dan konsumen setelah pandemi. Selain itu dirinya menilai merek favorit emak-emak itu masih belum sepenuhnya terhubung dengan konsumen yang lebih muda.

Tidak lama berselang, perusahaan menunjuk sejumlah penasihat keuangan dan bisnis, termasuk Moelis & Co., Kirkland & Ellis LLP dan Alvarez & Marsal. Mengutip sumber WSJ, ini merupakan upaya perusahaan dalam mewaspadai kemungkinan kebangkrutan.

Perusahaan yang berbasis di Orlando, Florida, Amerika Serikat itu sedang ketar-ketir karena kala itu Tupperware mungkin tidak dapat melanjutkan kelangsungan usahanya. Perusahaan pun menjajaki opsi untuk meningkatkan likuiditas, termasuk meningkatkan pembiayaan dari investor dan menjual kepemilikan real estatnya.

Juru bicara perusahaan wadah favorit emak-emak Indonesia itu mengatakan bahwa mereka bekerja sama dengan penasihat keuangan untuk memperbaiki struktur modal mereka. Mereka sebut aksi ini sama dilakukan seperti perusahaan lain yang terkena dampak pandemi, inflasi, dan suku bunga tinggi.

Tupperware mengatakan awal pekan ini bahwa mereka telah tertekan oleh biaya bunga yang lebih tinggi dan kondisi bisnis internal dan eksternal yang menantang yang membatasi aksesnya ke uang tunai.

Menurut perusahaan penyedia jasa informasi Markit, pinjaman senior Tupperware diperdagangkan di harga diskon, 51,75 sen per dolar pada hari Selasa lalu.

Merek wadah dapur itu telah mengalami penurunan penjualan dalam beberapa tahun terakhir. Penjualan turun 18% menjadi sekitar US$ 1,3 miliar pada tahun 2022 dari tahun 2021.

Perusahaan, yang mendistribusikan produknya di lebih dari 70 negara yang dibangun di atas tenaga penjualan konsumen setia yang menjajakan produk ke teman dan kenalan, telah berupaya mendigitalkan bisnis penjualan langsungnya, namun masih urung membuahkan hasil seperti yang diharapkan.

[Gambas:Video CNBC]

(fsd/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts