Data AS Meleset dari Prediksi, Rupiah Rawan Terkoreksi


Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah pada Kamis (14/3/2024) kemarin gagal menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pada akhir pekan ini, Jumat (15/3/2024) rupiah rawan bergerak volatile lantaran banyak data AS meleset prediksi.

Read More

Namun, data neraca dagang RI yang akan rilis siang ini diharapkan bisa menjadi pemanis jika hasilnya surplus lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya.

Beralih ke pergerakan rupiah kemarin, melansir data Refinitiv mata uang Garuda ditutup melemah tipis 0,03% ke angka Rp15.575/US$. Pelemahan ini mematahkan tren penguatan yang terjadi selama empat hari beruntun sejak 6 Maret 2024.


Gerak nilai tukar pada hari ini tampaknya masih akan volatile lantaran data dari Negeri Paman Sam yang rilis Kamis malam beberapa meleset dari konsensus pasar.

Laporan Departemen Tenaga Kerja menunjukkan Indeks Harga Produsen (PPI) naik 0,6% month to month (mtm) pada Februari. Nilai tersebut lebih panas dibandingkan dengan kenaikan 0,3% yang diperkirakan oleh para ekonom yang disurvei Reuters.

Dalam basis tahunan, juga semakin panas dengan naik 1,6% yoy, dibandingkan perkiraan prediksi pasar 1,1% yoy.

Sementara itu, jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim pengangguran mencapai 209.000 pada pekan yang berakhir 9 Maret. Nilai tersebut malah turun dibandingkan pekan sebelumnya sebesar 210.000 dan berbanding terbalik dengan konsensus yang proyeksi naik ke 218.000 klaim.

Di sisi lain, penjualan ritel AS periode Februari 2024 dengan hasil 1,5% secara tahunan (yoy), melampaui ekspektasi pasar berdasarkan data Trading Economic sebesar 1% yoy.

Data-data tersebut secara keseluruhan menunjukkan ekonomi AS masih tangguh. Pasalnya, penjualan ritel tumbuh positif, inflasi panas, disertai klaim pengangguran turun. Namun, hal tersebut bisa berimplikasi berbeda untuk prospek pemangkasan suku bunga the Fed.

Perhitungan CME FedWatch Tool pada Jumat dini hari (15/3/2024) menunjukkan peluang 99% suku bunga ditahan pada pertemuan FOMC Maret ini, sementara pemangkasan suku bunga pada Juni menunjukkan peluang 54,5%, ini menyusut dibandingkan pekan lalu yang nilainya nyaris mencapai 60%.

Sementara dari domestik pelaku pasar fokus menanti rilis data neraca dagang yang akan dirilis pada Jumat ini.

Ini sangat ditunggu pelaku pasar mengingat semakin besarnya surplus neraca dagang, maka supply dolar AS di dalam negeri akan terjaga dan membuat rupiah berada dalam kondisi yang stabil.

Namun jika neraca dagang tercatat lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar, maka hal ini dapat memberikan tekanan bagi rupiah ke depannya.

Surplus neraca perdagangan diproyeksi tetap meningkat pada Februari 2024 meskipun ada lonjakan impor menjelang bulan Puasa atau Ramadhan.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Februari 2024 akan mencapai US$ 2,05 miliar.

Surplus tersebut naik tipis dibandingkan Januari 2024 yang mencapai US$ 2,02 miliar. Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor akan terkontraksi 7,08% (year on year/yoy) sementara impor melonjak 10,27% (yoy) pada Februari 2024.

Sebagai catatan, nilai ekspor Januari 2024 terkoreksi 8,06% (yoy) dan turun 8,34% (month to month/mtm) menjadi US$ 20,52 miliar. Nilai impor Januari 2024 turun 7,15% (yoy) dan jatuh 19,99% (mtm) menjadi US$ 18,51 miliar.

Teknikal Rupiah

Setelah beberapa hari menguat, kini pergerakan rupiah terhadap dolar AS secara teknikal sudah mulai sideways dalam rentang support Rp15.550/US$ sampai resistance di Rp15.600.

Sebagai catatan, posisi support didapatkan dari garis lurus yang ditarik dari low candle intraday 13 Maret 2024, sementara resistance ditarik dari high candle yang diuji beberapa kali secara intraday sejak 9 – 13 Maret 2024.




Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


The Fed Masih Hawkish, Akankah Rupiah Tahan Banting Hari Ini?

(tsn/tsn)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts