Data Ritel AS Merosot, Harga Minyak Malah Melesat


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak bergerak beragam pada awal perdagangan pagi hari ini. Harga minyak mentah WTI berusaha melanjutkan kenaikan 1% pada perdagangan sebelumnya setelah rilisnya data ritel Amerika Serikat (AS).

Pada pembukaan perdagangan hari ini Jumat (16/2/2024), harga minyak mentah WTI dibuka menguat 0,10% di posisi US$78,11 per barel, sementara harga minyak mentah brent dibuka lebih rendah atau turun 0,11% di posisi US$82,77.

Pada perdagangan Kamis (15/2/2024), harga minyak mentah WTI ditutup melesat 1,81% di posisi US$78,03 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent melonjak 1,54% ke posisi US$82,86 per barel.

Harga minyak naik lebih dari 1% pada perdagangan Kamis setelah data ritel AS mendorong aksi jual dolar, meskipun investor mengamati laporan Badan Energi Internasional (IEA) yang menandai melambatnya pertumbuhan permintaan tahun ini.

Indeks dolar AS turun 0,41% di level 104,29 pada Kamis (15/2/2024), setelah data menunjukkan penjualan ritel AS turun lebih dari perkiraan pada bulan Januari 2024. Penjualan ritel Januari 2024 turun 0,8%, jauh lebih buruk dibanding perkiraan penurunan 0,3% yang diharapkan oleh ekonom yang disurvei oleh Dow Jones.

Pelemahan dolar biasanya meningkatkan harga minyak karena membuat komoditas tersebut lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Turunnya data ritel AS mendorong optimisme terhadap penurunan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) di masa yang akan datang, yang dapat berdampak positif bagi permintaan minyak.

“Penurunan suku bunga kembali dilakukan dan itu memberi kita sedikit dorongan,” ujar Phil Flynn, analis di Price Futures Group, kepada Reuters.

Namun kenaikan harga minyak lebih lanjut dibatasi oleh laporan IEA pada hari Kamis yang mengatakan bahwa permintaan minyak global kehilangan momentum, sehingga mendorong badan tersebut untuk memangkas perkiraan pertumbuhan tahun 2024 menjadi 1,22 juta barel per hari (bph) dari 1,24 juta barel per hari.

Dari sisi pasokan, IEA memperkirakan pasokan akan tumbuh sebesar 1,7 juta barel per hari pada tahun ini, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 1,5 juta barel per hari.

Kedua kontrak acuan minyak tersebut kehilangan lebih dari US$1 per barel pada perdagangan Rabu, tertekan oleh kenaikan persediaan minyak mentah AS karena penyulingan turun ke level terendah sejak Desember 2022.

Berita bahwa dua negara besar mulai mengalami resesi juga membebani harga minyak.

Berdasarkan data resmi, Inggris jatuh ke dalam resesi pada paruh kedua tahun 2023 ketika produk domestik bruto (PDB) berkontraksi sebesar 0,3% pada kuartal keempat, setelah menyusut sebesar 0,1% pada kuartal ketiga.

Adapun, Jepang secara tak terduga tergelincir ke dalam resesi pada akhir tahun lalu, menyerahkan gelarnya sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia kepada Jerman.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Keputusan The Fed, Bikin Harga Minyak Melejit

(saw/saw)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts