Dolar AS Kian Tak Bertenaga, Rupiah Dkk Sukses Nanjak!

Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah sukses menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pada pertengahan perdagangan Jumat (09/12/2022), indeks dolar AS yang melemah membuka lajur penguatan mata uang di Asia.

Read More

Mengacu pada data Refinitiv, pada pembukaan perdagangan rupiah terapresiasi 0,45% ke Rp 15.550/US$. Kemudian, rupiah memangkas penguatannya menjadi 0,24% ke Rp 15.583/US$ pada pukul 11:00 WIB.

Penguatan Mata Uang Garuda terjadi seiring dengan terkoreksinya indeks dolar AS. Pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS melemah 0,23% ke posisi 104,53.

Investor global masih menantikan rilis data ekonomi sebelum pertemuan Fed di 13-14 Desember 2022. Hari ini, Indeks Harga Produsen (IHP) AS per November 2022 akan dirilis dan akan menggambarkan situasi inflasi. Sementara itu, pekan depan pada 13 Desember 2022, juga akan dirilis Indeks Harga Konsumen (IHK) per November yang biasanya dijadikan acuan untuk menentukan angka inflasi.

Kedua data ekonomi tersebut akan menjadi fokus utama pasar saat ini, sebab data ekonomi tersebut akan menjadi acuan Fed sebelum memutuskan kebijakan moneter terbarunya pekan depan.

Melansir CME Group, sebanyak 78,2% analis memprediksikan bawah Federal Reserve/The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 bps pada pertemuan selanjutnya di 13-14 Desember 2022 dan akan membawa tingkat suku bunga Fed menjadi 4,25%-4,5%.

Sementara itu, survei Reuters menilai ada beberapa tanda-tanda ekonomi AS mulai melambat terjadi di pasar perumahan AS. Angka penjualan rumah telah turun selama sembilan bulan beruntun dan harga rumah telah drop 12% dari harga puncaknya.

Namun, sebanyak 60% ekonom memprediksikan bahwa PDB AS akan terkontraksi selama dua kuartal beruntun pada tahun depan. Sebanyak 35 dari 48 ekonom memproyeksikan resesi ringan berpotensi terjadi tahun depan.

Ekonomi terbesar di dunia ini diperkirakan hanya tumbuh 0,3% tahun depan, dan tumbuh pada tingkat tahunan jauh di bawah rata-rata jangka panjangnya sekitar 2% hingga 2024.

“Dengan inflasi inti kemungkinan tetap tinggi, kami sekarang mengantisipasi proses pengetatan saat ini berlanjut hingga Q2 2023,” kata Kepala Strategi Makro AS di TD Securities, Jan Groen yang memperkirakan suku bunga dana fed akan mencapai puncaknya di 5,25%-5,50% pada 2023.

Di Asia, mayoritas mata uang sukses menguat terhadap dolar AS, di mana yen Jepang menjadi pemimpin penguatan. Di susul oleh rupiah dan dolar Singapura terapresiasi yang masing-masing sebesar 0,24%.

Sementara, hanya tiga mata uang yang terkoreksi, yakni baht Thailand dan dolar Hong Kong yang melemah masing-masing sebesar 0,35% dan 0,04% di hadapan dolar AS.


TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Duh! Rupiah Jeblok Tembus Lagi Rp 14.900/US$

(aaf/aaf)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts