Harga Minyak dunia Melesat 7%, Pertalite Bakal Naik?

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga acuan minyak dunia, Brent dan West Texas Intermediate (WTI) mencapai harga tertinggi sepanjang 2023.

Read More

Harga minyak mentah Brent mencapai US$88,55 per barel dan WTI US$85,55 per barel.  Dalam sepekan harga keduanya naik 4,82% dan 7,17%. 

Harga minyak mentah dunia menguat karena ekspektasi bahwa pemotongan oleh kelompok negara-negara penghasil minyak OPEC+, yang dipimpin oleh Arab Saudi, akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2023.

Para analis memperkirakan Arab Saudi akan memperpanjang pengurangan produksi minyak secara sukarela sebesar 1 juta barel per hari hingga bulan Oktober mendatang, menambah pengurangan yang dilakukan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, atau disebut OPEC+.

“Dengan harga Brent yang terhenti di pertengahan US$80an, prospek minyak mentah Arab Saudi kembali ke pasar dalam waktu dekat terlihat tipis dan dampaknya semakin terasa di seluruh dunia karena tingkat stok komersial minyak mentah dan produk bahan bakar terus berlanjut turun,” ucap Ole Hansen, analis Saxo Bank.

Selain itu, data pemerintah terbaru menunjukkan produksi minyak mentah AS naik 1,6% pada bulan Juni menjadi 12,844 juta barel per hari, yang merupakan level tertinggi sejak Februari 2020, sebelum pandemi COVID-19 menghancurkan permintaan bahan bakar dan produk minyak lainnya.

Adapun, persediaan minyak mentah AS (USOILC=ECI) turun lebih besar dari perkiraan sebesar 10,6 juta barel pada minggu lalu, terkuras oleh tingginya ekspor dan pengoperasian kilang, menurut data pemerintah AS pada hari Rabu.

Ketika sisi produksi berkurang, maka harga akan terungkit. Terlebih lagi ada tambahan sentimen positif dari konsumen AS, salah satu konsumen minyak terbesar dunia, yang bertumbuh.

Belanja konsumen AS meningkat 0,8% bulan lalu, Departemen Perdagangan melaporkan dan S&P 500 naik setelah data inflasi AS sesuai dengan perkiraan, menggarisbawahi ekspektasi The Federal Reserve dapat menghentikan pengetatan moneter.

Bank sentral AS dapat mengakhiri siklus kenaikan suku bunga jika pasar tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi terus melambat pada kecepatan bertahap saat ini, menurut Eric Rosengren, mantan presiden Fed Boston.

Namun demikian, data pabrik Tiongkok yang lemah membatasi kenaikan minyak lebih lanjut.

Aktivitas manufaktur Tiongkok kembali menyusut pada bulan Agustus, menurut survei resmi industri, sehingga memicu kekhawatiran akan pelemahan perekonomian negara terbesar kedua di dunia tersebut.

Indeks manajer pembelian (PMI) resmi Tiongkok naik menjadi 49,7 dari 49,3 pada bulan Juli, menurut Biro Statistik Nasional, namun tetap di bawah level 50 poin. Angka di atas 50 poin mewakili ekspansi dari bulan sebelumnya.

Pemerintah AS pada hari Rabu merevisi turunnya pertumbuhan produk domestik bruto untuk kuartal kedua menjadi 2,1%, dari laju 2,4% yang dilaporkan bulan lalu, dan data yang dirilis secara terpisah menunjukkan pertumbuhan gaji swasta melambat secara signifikan pada bulan Agustus.

Kenaikan harga minyak mentah dunia dapat mengerek Indonesia Crude Price  yang dapat menjadi ukuran harga Bahan Bakar Minyak (BBM). 

Akan tetapi pada tahun ini asumsi harga minyak dunia di US$90 per barel sehingga kenaikan hingga saat ini masih di bawah batas aman asumsi makro APBN 2023.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Menanti Kebijakan Powell, Harga Duo Minyak Mentah Tak Kompak

(ras/ras)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts