Industri Perdagangan Komoditas Cetak Rekor Laba Rp 1.650 T di 2023


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Laporan McKinsey mengatakan industri perdagangan komoditas mencatatkan rekor laba sebesar US$104 miliar (Rp1.648,60 triliun) pada tahun lalu. Bahkan, ini terjadi ketika volatilitas pasar menurun dan perolehan pendapatan beberapa perusahaan komoditas dari konglomerasi besar menurun.

Mengutip Financial Times, kinerja ini meningkat dibandingkan tahun 2022, ketika dampak perang di Ukraina mendorong harga dan keuntungan yang sangat besar, didorong oleh gelombang pendatang baru di sektor ini. Termasuk para pedagang yang berfokus pada teknologi dan dana lindung nilai (hedge fund) – dan meningkatnya keuntungan dari aktivitas perdagangan listrik.

Roland Rechtsteiner, partner di McKinsey dan salah satu penulis studi tahunan yang banyak dijadikan acuan industri, memperkirakan laba sebelum bunga dan pajak di seluruh sektor akan mencapai US$104 miliar pada tahun 2024. Jumlah itu melampaui rekor industri sebesar US$99 miliar (Rp1.569,34 triliun) pada tahun 2022 dan dua kali lipat dari torehan US$52 miliar (Rp824,30 triliun) yang dilaporkan pada tahun 2021.

Angka-angka tersebut mencerminkan pendapatan dari kegiatan perdagangan komoditas secara keseluruhan sektor. Termasuk oleh pedagang independen, bank, dana lindung nilai, perusahaan energi nasional dan bisnis berbasis aset seperti BP dan Shell.

Menurut Rechtsteiner, pedagang independen terbesar seperti Vitol dan Gunvor, telah melaporkan atau diekspektasikan akan melaporkan, penurunan laba dari tingkat rekor yang dicapai pada tahun 2022. Sementara itu, para pendatang baru telah mampu tumbuh dari tahun ke tahun seiring dengan peningkatan strategi perdagangan dan mengoptimalkan operasional.

“Saat ini banyak perusahaan energi nasional, perusahaan energi menengah, dan juga sejumlah pemain berbeda di luar sana yang benar-benar dapat mengembangkan pasar mereka dari tahun 2022 hingga 2023,” katanya kepada Financial Times, dikutip Jumat (5/4/2024).

Analisis McKinsey ini berbeda dengan analisis konsultan saingannya Oliver Wyman, yang memperkirakan bulan lalu bahwa margin kotor dari perdagangan di seluruh sektor pada tahun 2023 sebelum dikurangi biaya-biaya seperti pajak, gaji dan bonus telah turun sekitar 30% secara tahunan (yoy). Namun besarannya masih sekitar dua kali lipat dari tingkat historisnya.

Adapun pedagang komoditas swasta asal Swiss, Gunvor, minggu ini melaporkan laba bersih tahunan sebesar US$1,25 miliar pada tahun 2023, yang merupakan laba terbesar kedua sepanjang sejarah, namun turun sekitar 50% dari tahun 2022. Penurunan itu disebabkan sebagian karena adanya penyisihan sebesar US$467 juta untuk menyelesaikan tuduhan suap.

Kemudian, Glencore yang terdaftar secara publik, mencatat penurunan serupa dalam laba perdagangan pada bulan Februari ketika melaporkan pendapatan sebelum bunga dan pajak yang disesuaikan untuk divisi pemasarannya sebesar US$3,5 miliar, turun 46 persen dari tahun 2022.

Rechsteiner mengatakan meskipun terjadi penurunan, peningkatan perdagangan oleh produsen energi tradisional dan masuknya “pedagang berbasis data” telah meningkatkan jumlah pemain di pasar. Hal ini lantas meningkatkan likuiditas dan memperbesar kumpulan keuntungan.

Menurut perkiraan McKinsey, keuntungan seluruh sektor dari perdagangan listrik dan gas meningkat 47% yoy, Hal ini menjadi tanda betapa pentingnya komoditas tersebut bagi masa depan industri ini.

“Seiring berjalannya waktu, kita akan melihat hampir semua pedagang komoditas fokus pada energi,” kata Rechsteiner.

Ia menambahkan bahwa hal ini merupakan masukan untuk kegiatan lain dan kunci dekarbonisasi sistem energi global.

Produk energi rendah karbon lainnya, seperti hidrogen dan biofuel, bergantung pada gas atau listrik atau komoditas lain untuk produksi atau transportasinya sehingga menciptakan peluang lintas komoditas untuk rumah dagang.

“Itu telah menciptakan konektivitas ekstrem dari berbagai kelas aset, yang belum pernah kami miliki sebelumnya,” katanya.

Meskipun terdapat pertumbuhan di sektor-sektor baru, Reichsteiner memperingatkan bahwa keuntungan dari perdagangan minyak, yang turun 19% yoy tetap menjadi kontributor terbesar bagi pendapatan sektoral.

“Perdagangan minyak akan bertahan lama,” katanya, seraya menambahkan bahwa permintaan dan kebutuhan untuk menyeimbangkan pasokan dan permintaan di seluruh dunia tetap kuat.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Video: Harga Emas Cetak Rekor, Ternyata Ini Penyebabnya

(fsd/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts