Kudeta Rusia Ancam Putin, Rubel Dibuang Ditukar Kripto

Jakarta, CNBC Indonesia – Tujuh aset kripto dengan kapitalisasi terbesar seluruhnya berada di zona merah seiring terjadinya keributan di Rusia. Pertikaian ini menjadikan pelaku pasar cenderung risk off atau menghindari berinvestasi pada aset dengan risiko tinggi. Walau aksi kudeta berhasil dibatalkan, investor masih berhati-hati sembari menantikan penyelesaian masalah.

Namun, di tengah pemberontakan Wagner, terdapat fakta menarik dari perdagangan rubel dan stablecoin USDT Rusia yang mencapai volume tertinggi dalam 6 bulan terakhir. Melansir CryptoPotato, volume perdagangan harian antara USDT dan RUB mencapai hampir US$15 juta (Rp 225 miliar) tak lama setelah dimulainya kerusuhan.

Read More

Pemberontakan yang dipimpin oleh Wagner Group (sebuah perusahaan militer swasta Rusia yang terdiri dari tentara bayaran) melawan rezim Putin tampaknya telah menyebabkan meningkatnya minat dalam perdagangan Rubel ditukar dengan USDT.

Sebelumnya, volume perdagangan mencapai lebih dari $30 juta per hari ketika Rusia meluncurkan “operasi militer khusus” melawan Ukraina pada awal tahun 2022. Ini bukan pertama kalinya orang Rusia menunjukkan antusiasme terhadap sektor cryptocurrency akibat berbagai permasalahan.

Volume perdagangan Bitcoin terhadap rubel juga melonjak pada Maret tahun lalu di tengah depresiasi mata uang lokal yang signifikan.




Foto: Kaiko
Volume Perdagangan Tether-Ruble melesat di tengah kudeta Wagner

Apa itu StableCoin?

Stablecoin adalah salah satu jenis aset kripto yang dirancang untuk dilindungi dari volatilitas harga yang terjadi. Volatilitas harga dinilai dapat mempersulit penggunaan aset digital untuk pembayaran atau sebagai aset penyimpan nilai. Sejatinya, stablecoin bergerak lebih stabil dibandingkan dengan kripto normal.

Selama ini, stablecoin dibuat untuk mempertahankan nilai tukarnya secara konstan dengan mata uang yang ada. Misalnya melalui patokan dolar AS dengan rasio 1:1. Artinya, satu Stablecoin harganya setara dengan 1 dolar AS.

Pada awalnya, stablecoin cenderung kurang dilirik karena potensi return yang dihasilkan cenderung kecil, dilihat dari harganya yang memang lebih stabil.

Namun, sifatnya yang ‘tahan banting’ dengan kondisi global memikat daya tarik investor pada stablecoin. Apalagi, volatilitas kripto mendorong para investor di kripto terpaksa memburu stablecoin.

Di sisi lain, Bitcoin sebagai mata uang digital terbesar masih mampu bertengger di atas level psikologisnya US$ 30 ribu. Hal ini didukung sentimen positif atas minat raksasa investasi BlackRock untuk membuat ETF Bitcoin.

CoinMarketCap mencatat pergerakan mata uang kripto pada Rabu (28/6/2023) pukul 16.08 WIB. Bitcoin hari ini terkoreksi 0,41% ke US$ 30.327,68 atau setara Rp 455,37 juta (Rp15.015,05/US$). Dalam sepekan terakhir, Bitcoin masih menguat sebesar 4,81%.

Ethereum hari ini melemah 0,94% ke US$ 1.856,52 per koin, dalam sepekan terakhir ETH telah terapresiasi 2,51%.

Sementara itu, Binance jatuh 2,48% ke harga US$ 232,21 per koin. Dalam sepekan, BNB menjadi yang terlemah, anjlok 6,23%.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Harga Emas Terbang Karena Rusia, Ambruk Karena Amerika


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts