Laba Bersih Emiten di BEI AnjlokRp 59 T, Ini Alasannya


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Emiten-emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan penurunan laba bersih 20,26% di kuartal III tahun 2023 menjadi Rp469,31 triliun. Padahal tahun lalu, BEI mencatat laba keseluruhan emiten mencapai Rp528,5 triliun. Artinya secara tahunan total laba bersih emiten di bursa mencapai Rp 59 triliun.

Kepala Divisi Riset BEI, Verdi Ikhwan mengatakan, penurunan terbesar berasal sektor tranportasi dna logistik, yaitu sebesar 97,56% ke angka Rp1,51 triliun. Rapor laba emiten sektor ini dibebani oleh penurunan laba PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA).

“Disini kalau dicermati itu turun disebabkan laporan keuangan Garuda. Dimana mereka kemarin mencatatkan laba bersih saat 2022 itu lebih ke pencatatan akuntansi yang akan datang, yaitu di 2023. Sehingga menyebabkan di tahun ini terjadi penurunan, angka di sekitar Rp50 triliun,” tutur Verdi saat Edukasi Wartawan Pasar Modal, pada Rabu, (13/12/2023).

Sebagaimana diketahui, melalui laporan keuangan per 30 September 2023, GIAA mencatatkan rugi USD72,38 juta. Perolehan ini terkontraks 119% dari periode sama tahun lalu dengan tabulasi laba USD3,7 miliar.

Akan tetapi bila dibandingkan dengan kuartal I/2023, jumlah kerugian tersebut berkurang, di mana GIAA merugi US$ 110,03 juta. Pada Periode yang sama pendapatan usaha secara group hingga periode kuartal III 2023 tumbuh sebesar 48,32% yoy. menjadi US$ 2,23 miliar

“Tapi kalau kita exclude kan itu, kita menambah sekitar Rp50 triliun di total. Harusnya tidak signifikan berubahnya. Sehingga masih sejalan dengan pendapatan perusahaan,” jelas Verdi.

Memang, dari sisi tersebut, pendapatan emiten yang tercatat di BEI mengalami kenaikan 2% secara year on year (yoy) di kuartal tiga tahun ini. Pendapatan perusahaan terbuka tercatat sebesar Rp2.791,8 triliun di 9 bulan pertama tahun 2023.

Sebagai gambaran, sektor yang menyumbang kenaikan laba terbesar di kuartal 3/2023 diantara perusahaan tercatat di BEI adalah sektor properti & Real Estate dengan lonjakan 56,13% ke Rp13,96 triliun. Sementara itu, sektor Infrastruktur menyusul dengan kenaikan 11,15% ke Rp41,74 triliun.

Sementara sektor lain yang masuk jajaran terbawah alias paling banyak menyumbang kerugian selain transportasi logistik adalah sektor basic material dan energy. Masing-masing terkontraksi 40,36% dan 37,74%.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Mantap! Laba Bersih Bank Mega Tumbuh 32% di Semester I

(fsd/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts