PDB RI masih di Atas 5%, Rupiah Kok Gak Bisa Ngegas?

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah menguat tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (5/5/2023), pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih bagus dari ekspektasi belum mampu mendongkrak kinerja rupiah lebih lanjut.

Read More

Melansir data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan di Rp 14.670/US$, menguat tipis 0,03% saja. Pergerakan sepanjang hari ini pun sempit, di kisaran Rp 14.645/US$ – Rp 14.688/US$.

Badan Pusat Statistik (BPS) pagi ini mengumumkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2023 mencapai 5.03% (year on year/yoy). Realisasi ini cenderung lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu, 5,02%.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 13 institusi juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 4,95% (yoy). Meski lebih tinggi dari ekspektasi, tetapi belum banyak mempengaruhi pergerakan rupiah, sebab dari Amerika Serikat malam ini akan dirilis data tenaga kerja yang bisa mempengaruhi ekspektasi suku bunga.

Bank sentral AS (The Fed) mengumumkan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 5% – 5,25%, menjadi yang tertinggi sejak Agustus 2007.

Sejak Maret 2022 lalu, The Fed sudah menaikkan suku bunga sebanyak 10 kali dengan total 525 basis poin. Kenaikan yang sangat agresif, bertujuan untuk menurunkan inflasi.

Kenaikan tersebut sesuai ekspektasi pelaku pasar, selain itu The Fed memberikan sinyal ini bisa menjadi akhir periode kenaikan suku bunga.

Pasca pengumuman pasar melihat The Fed sudah mencapai puncak suku bunganya, terlihat dari perangkat FedWatch milik CME Group. Bahkan banyak yang memprediksi Jerome Powell dkk akan memangkas suku bunga pada Juli.

Data dari FedWatch menunjukkan ada probabilitas sebesar 52% suku bunga akan dipangkas 25 basis poin.

Sementara itu untuk data tenaga kerja, hasil polling Reuters menunjukkan tingkat pengangguran AS diprediksi akan naik menjadi 3,6% pada April, dari bulan sebelumnya 3,5%. Kemudian penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls) sebanyak 180 ribu orang, lebih rendah dari sebelumnya 236 ribu orang.

Namun, kenaikan rata-rata upah per jam diperkirakan masih kuat, sebesar 0,3% (month-to-month/mtm) dan 4,2% (yoy).

Rilis data ini baru akan mempengaruhi pergerakan pasar finansial Indonesia Senin pekan depan, sehingga pelaku pasar tentunya akan berhati-hati.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Rupiah Tetap Keok Meski Neraca Dagang Surplus 31 Bulan!

(pap/pap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts