Peran Penting ESG Dalam Transisi Energi dan Pengembangan EBT


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Praktik Environment, Social, and Governance (ESG) menjadi urgensi yang perlu segera diimplementasikan oleh berbagai sektor industri. Pasalnya, ESG menjadi pilar dalam kerangka kerja yang bertujuan untuk mengidentifikasi risiko dan peluang non-keuangan dalam rutinitas perusahaan. Di mana penerapan ESG berupaya menyeimbangkan antara orientasi profit bisnis dan keberlanjutan lingkungan sosial.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menyebut bahwa penerapan ESG sudah menjadi norma bagi sektor industri, termasuk yang bergerak pada pengembangan energi baru terbarukan. Apalagi mereka memiliki target untuk menggunakan dan menghasilkan energi bersih.

“Karena ini menjadi target perusahaan, maka itu menjadi bagian strategi keberlanjutan mereka. Ini menjadi penting karena sebagai target keberlanjutan, apa yang mereka rencanakan itu menjadi acuan bagi para investor dan menjadi acuan bagi lembaga keuangan yang mendanai operasional bisnis mereka,” ungkap dia kepada CNBC Indonesia beberapa waktu yang lalu.

Dia menjelaskan, dari sudut pandang investor, penerapan ESG menjadi salah satu faktor untuk menjaga reputasi dan keberlanjutan perusahaan. Dengan begitu, perusahaan pun mampu mendapatkan kemudahan pendanaan atau investasi. Pasalnya, kini para investor baik lokal maupun global, mulai memperhatikan aspek keberlanjutan yang diterapkan perusahaan sebelum memberikan pendanaan.

“Penerapan ESG juga menekankan efisiensi perusahaan. Jadi bisnis prosesnya lebih resilien dan saya lihat ada korelasinya dalam penurunan biaya operasional, penghematan energi dan penurunan emisi. Paling tidak reputasi, pendanaan, dan efisiensi biaya operasional,” tegas Fabby.

Dia juga mengungkapkan bahwa ada pelaku-pelaku industri khususnya sektor energi yang berhasil mengimplementasikan ESG. Menurut dia, keberhasilan itu diraih karena para pemegang saham menuntut perusahaan dalam mengimplementasikan ESG.

“Ada beberapa BUMN yang sudah mulai melakukan. Yang saya lihat kalau BUMN itu Pertamina yang lumayan agresif mendorong. Kan mereka masuk di industri energi terbarukan. Ada BUMN, ada juga swasta yang mulai,” ungkap dia.

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) pun sebagai bagian dari Subholding Pertamina Power & New Renewable Energy (PNRE), menyatakan keseriusannya dalam penerapan aspek ESG.

Direktur Utama PGE Julfi Hadi, mengungkapkan, guna meningkatkan reputasi dan daya saing Pertamina di mata dunia, implementasi ESG secara terintegrasi tentu sangat dibutuhkan. Terlebih apabila berbicara tentang peningkatan kepercayaan investor untuk menunjang kebutuhan pendanaan investasi PGE.

“Dalam fokus ini, kami telah menetapkan 10 fokus keberlanjutan yang menjadi panduan pelaksanaan ESG. PGEO bahkan telah membentuk Komite Keberlanjutan yang melibatkan Top Management level untuk memastikan aspek ESG terimplementasi dengan baik. Selain itu, PGEO telah memiliki dan menerapkan kebijakan-kebijakan terkait ESG seperti Sustainability, Policy, Human Right Policy, Green Procurement Policy, dan lain-lain yang mendukung terlaksananya implementasi ESG secara komprehensif,” ungkap dia.

Beberapa target sustainability yang ditetapkan dari aspek Environmental, antara lain kontribusi PGEO terhadap dekarbonisasi global dengan peningkatan kapasitas terpasang geothermal sebagai green energysejalan dengan target Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia, program perlindungan keanekaragaman hayati, efisiensi energi, Manajemen Air dan Limbah serta penerapan sistem produksi closed loop untuk mendukung keberlanjutan sumber daya panas bumi.

Kemudian dari aspek Sosial antara lain meningkatkan aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja, manajemen proses keselamatan, mendukung Hak Asasi Manusia dan Keberagaman, Penelitian dan Inovasi yang Berfokus pada Keberlanjutan serta mengelola hubungan dengan masyarakat sekitar. Sementara dari Aspek Governance, PGE meningkatkan pengelolaan Good Corporate Governance (GCG) dan business ethics serta cyber security.

“PGEO akan terus menyelaraskan aspek ESG ke dalam strategi bisnis perusahaan, dengan terus berkaca pada standar internasional untuk mewujudkan visi perusahaan menjadi World Class Green Energy Company With the Largest Capacity Globally,” tegas Julfi.

Semua program ESG yang telah dijalankan tersebut, kata Julfi, menjadi dedikasi dari PGE untuk memajukan agenda keberlanjutan, dengan inisiatif yang sedang berjalan dan yang akan datang.

“Semuanya bertujuan untuk lebih meningkatkan kinerja ESG dan memberikan nilai manfaat bagi lingkungan dan masyarakat sekitar,” ujarnya.

Di samping praktik ESG, PGEO juga memberikan dukungannya kepada upaya konservasi lingkungan di Indonesia sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) ke-14 dan ke-15.

Direktur Operasi PGEO Ahmad Yani mengungkapkan sejumlah upaya pelestarian lingkungan yang telah dilakukan PGE, di antaranya menggunakan teknologi ramah lingkungan dan mengadopsi pendekatan berkelanjutan dalam kegiatan operasionalnya.

“PGEO juga berkomitmen untuk melindungi keanekaragaman hayati dengan menjalankan serangkaian program konservasi yang melibatkan masyarakat, LSM, dan pemerintah,” tuturnya.

Ahmad mengatakan pihaknya sudah memiliki sejumlah program perlindungan keanekaragaman hayati. Beberapa area PGEO yang sudah menjalankannya seperti Kamojang, Ulubelu, Lahendong, dan Karaha.

Pada Area Kamojang, terdapat Pusat Konservasi Elang Kamojang (PKEK) yang sampai akhir November 2023 sudah melepasliarkan 128 ekor elang. Di area Kamojang juga dilakukan konservasi Lichen atau lumut kerak yang merupakan bio indikator dan penjaga keseimbangan air serta nutrisi ekosistem hutan.

PGEO juga melakukan budidaya kambing Saburai yakni kambing endemik Lampung di Area Ulubelu, dan sejak 2017 telah dibudidayakan 445 ekor kambing Saburai serta penerapan Kehutanan Sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap berpatokan pada prinsip – prinsip kelestarian hutan. Kemudian pada Area Lahendong, PGEO telah melakukan konservasi Monyet Hitam Sulawesi atau Yaki (Macaca Nigra) dan pada 2023 PGEO telah melepasliarkan delapan ekor Yaki.

“Ke depan, Perseroan akan terus melakukan upaya pelestarian lingkungan sebagai bentuk keseriusan terhadap pembangunan berkelanjutan. Pelestarian lingkungan akan terus menjadi fokus Perseroan guna mewujudkan net zero emission 2060,” pungkasnya.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Energi Hijau Semen Indonesia (SMGR) Sukses Hemat US$16,1 Juta

(dpu/dpu)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts