Proyek Kebanggaan Jokowi Belum Jalan, Ternyata Ini Alasannya

Jakarta, CNBC Indonesia – Program hilirisasi batu bara yang digencarkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga kini tak kunjung jalan. Terlebih, ketika perusahaan petrokimia asal Amerika Serikat (AS), yakni Air Products and Chemicals Inc, mundur dari dua proyek gasifikasi batu bara di Indonesia.

Read More

Padahal, Presiden Jokowi membanggakan proyek gasifikasi batu bara ini karena bisa menekan impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) nasional, dan pada akhirnya bisa menghemat devisa negara.

Lantas, apa yang membuat proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) atau methanol sulit direalisasikan?

Plh Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Indonesia (IMA) Djoko Widajatno mengatakan, pengganti Air Products di proyek gasifikasi batu bara di Indonesia merupakan perusahaan asal China. Namun memang, lanjutnya, saat ini proses negosiasi masih berlangsung.

Djoko menyebut, persoalan utama yang membuat perusahaan asal AS ini hengkang dari proyek gasifikasi batu bara RI lantaran tingkat keuntungan yang didapat belum mencukupi.

“Faktor utamanya masalah keuntungan yang diperoleh belum memadai,” kata Djoko kepada CNBC Indonesia, Rabu (30/8/2023).

Hal itu diperparah lagi dengan belum adanya kepastian harga jual DME di dalam negeri. Ini lantaran infrastrukturnya sendiri di Indonesia juga belum terbangun.

“Sebenarnya belum ada kepastian harga jual DME, karena infrastruktur juga perlu dibangun. Jadi harga jualnya pasti lebih tinggi dari harga kalau diimpor, kata Djoko.

Sebelumnya, Plt Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Muhammad Wafid mengatakan setelah Air Products memilih hengkang dari dua proyek kerja sama bersama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan Grup Bakrie, saat ini Indonesia tengah mencari opsi lain.

“Masih dalam pembicaraan, bilateral ingin kita bicarakan juga dengan PTBA keinginan hilirisasi gasifikasi mencari partner mencari partner masih terus,” ungkap Wafid saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin (28/8/2023).

Meskipun ada opsi lain, Wafid mengatakan bahwa pemerintah terus mengupayakan agar proyek gasifikasi batu bara menjadi DME tetap jalan. Apalagi DME diharapkan sebagai energi alternatif pengganti LPG yang selama ini kebutuhannya banyak dipenuhi dari impor.

“Mungkin ada opsi lain, tapi tetap apa yang kita butuhkan. Jangan sampai kebutuhan bahan dasar itu kita impor dari luar sedangkan masih bisa kita pentingkan. Kalau DME kemarin emang jelas, 70-80 persen kita impor, kalau bisa kita konversi dari batu bara kita kenapa enggak. Tapi kalau itu memang untuk keekonomian membuat DME kurang mungkin produk yang lain apa,” katanya.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Top! Baru Q1 2023, Penjualan Batu Bara PTBA Melejit 26%

(wia)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts