Timur Tengah Kembali Panas, Harga Minyak Dunia Lanjut Menguat


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak mentah terpantau menguat pada perdagangan Kamis (8/2/2024), setelah Israel menolak tawaran gencatan senjata dari Hamas, ketika perundingan terus berupaya untuk mengakhiri konflik Gaza dan ketegangan yang lebih luas di Timur Tengah yang membuat pasar gelisah sejak Oktober tahun lalu.

Per pukul 09:50 WIB, harga minyak mentah jenis Brent menguat 0,52% ke posisi harga US$ 79,61 per barel, sedangkan untuk jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) terapresiasi 0,51% menjadi US$ 74,24 per barel.


Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu menolak tawaran terbaru Hamas untuk melakukan gencatan senjata dan mengembalikan sandera yang ditahan di Jalur Gaza.

Namun Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken mengatakan masih ada ruang untuk negosiasi menuju kesepakatan.

Delegasi Hamas Palestina yang dipimpin oleh pejabat senior, Khalil Al-Hayya dijadwalkan melakukan perjalanan ke Kairo pada hari ini untuk melakukan pembicaraan gencatan senjata dengan Mesir dan Qatar.

Di lain sisi, Tanda-tanda permintaan bahan bakar AS yang kuat juga mendukung tren kenaikan harga minyak mentah dunia pada pekan ini.

Penurunan stok bensin di AS yang jauh lebih besar dari perkiraan yang dilaporkan pada Rabu kemarin terus mendukung pasar.

Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan stok bensin AS turun 3,15 juta barel pada pekan lalu dibandingkan dengan perkiraan analis yang memperkirakan peningkatan sebesar 140.000 barel.

“Penurunan stok bensin dan kenaikan ekspor minyak AS sebesar 13% secara tahunan ke rekor 4,06 juta barel per hari pada tahun 2023, keduanya menunjukkan permintaan minyak mentah yang lebih kuat”, kata ANZ Research dalam sebuah catatan, dikutip dari Reuters.

Kenaikan harga minyak juga terjadi meski masih ada perbedaan pandangan antara pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) terkait kebijakan suku bunga kedepannya.

Mayoritas menegaskan jika The Fed belum akan memangkas suku bunga sampai mereka percaya diri jika inflasi akan turun ke kisaran 2%. Namun, terdapat pula pejabat yang cenderungdovish.

Sebelumnya, Chairman The Fed Jerome Powell sudah mengisyaratkan jika pemangkasan masih jauh.Powell dalam wawancaranya di “60 Minutes” diCBSmengatakan jika The Fed akan berhati-hati dalam memangkas suku bunga tahun ini.

“Kami inginmelihat bukti yang lebih meyakinkan jika inflasi melaju ke kisaran 2% sebelum mengambil langkah yang sangat penting berupa pemangkasan suku bunga,” tutur Powell, dikutip dariCNBC International.

Presiden The Richmond President Thomas Barkin di acara The Economic Club of Washington juga menyampaikan pandanganhawkish.Dia menekankan jika The Fed akan sabar menunggu inflasi turun.

Sebaliknya, Presiden The Fed Minneapolis Neel Kashkari memiliki pandangan yang lebihdovish.

Saya bisa katakan dua atau tiga kali pemangkasan suku bunga tepat dilakukan sejarang jika melihat data yang ada,” tuturnya dikutip dariCNBC International.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Khawatir Pasokan Makin Ketat, Harga Minyak Melonjak Lagi

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts