Waspada! Harga Batu-bara Lemah-Letih-Lesu, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga batu bara lesu selama sepekan di tengah minimnya katalis. Pada perdagangan Jumat (28/4/2023), harga batu bara kontrak Mei di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$189,7 per ton.

Read More

Dalam sepekan, harga si batu hitam cenderung stagnan, bahkan turun 0,34%.

Batu bara justru melemah di tengah kencangnya permintaan dari India dan China. Permintaan dari Eropa memang terus melemah karena Benua Biru kini mengandalkan gas dan energi baru terbarukan (EBT) sebagai sumber energi.


Lonjakan permintaan batu bara sangat terasa pada Maret dan April menyusul gelombang panas di kawasan Asia. Kondisi itu memunculkan ‘deja vu’ di mana pada tahun lalu, harga batu bara juga melambung karena musim panas.

Lonjakan harga batu bara tentu saja menguntungkan Indonesia sebagai eksportir terbesar untuk batu bara thermal yang bisa digunakan pembangkit listrik. Indonesia bisa kejatuhan durian runtuh lagi setelah harga batu bara melambung.

Namun, pesta durian runtuh Indonesia terancam oleh dua negara yakni Australia dan Afrika Selatan.Kedua negara kini memasok batu bara dalam jumlah besar ke China dan India. Kedua negara merupakan konsumen terbesar batu bara dan juga pasar terbesar untuk batu bara Indonesia.

Data Kpler menunjukkan Impor batu bara China dari Australia untuk kebutuhan listrik mencapai 4,44 juta ton pada April. Jumlah tersebut naik dua kali lipat dibandingkan pada Maret 2023 yang tercatat 2,21 juta ton.

China telah melewati India sebagai importir terbesar untuk batu bara berkalori rendah dari Australia. Namun, impor China dari Australia masih kalah dibandingkan dari Indonesia yang mencapai 19,29 juuta ton.

Batu bara Australia dan Indonesia memiliki pasar yang berbeda di Tiongkok. Batu bara Indonesia lebih condong dimanfaatkan oleh pembangkit listrik di bagian pesisir selatan. Pembangkit tersebut kerap mencampur batu bara Indonesia yang berkalori rendah dengan batu bara lokal yang berkalori lebih tinggi.

Batu bara thermal Australia lebih mengarah kepada pelabuhan bagian selatan. Batu bara Australia mengandung kalori yang lebih tinggi dibandingkan Indonesia.

Artinya, batu bara Australia langsung berhadapan dengan produksi lokal dari segi harga. Saat ini batu bara asal Australia masih diuntungkan oleh ongkos kapal yang lebih murah dan bea impor yang lebih murah.

Namun, jika faktor tersebut hilang maka importir China akan menghadapi risiko besar jika mereka memesan batu bara Australia dalam beberapa bulan ke depan.
Pasalnya, mereka bisa membeli dengan harga yang lebih mahal untuk batu bara impor.

Harga batu bara Australia 5.500 kilo calorie per kg (kcal/kg) tercatat US$ 117,81 per ton pada pekan lalu sementara batu bara produksi China tercatat US$ 143,78 per ton. Sebagai catatan, produksi batu bara China menembus 417,22 juta ton pada Maret.

Gangguan pada jalur kereta api saat ini memang masih berdampak pada distribusi batu bara lokal tetapi persoalan ini akan selesai dalam beberapa waktu ke depan.

Sementara itu, Impor India dari Australia diperkirakan mencapai 297.697 ton pada April 2023. Impor batu bara India diperkirakan menembus 14,77 juta ton pada April.
Indonesia masih menjadi pemasok utama India dengan jumlah 9,66 juta ton.

Namun, impor dari Afrika Selatan juga terus meningkat menjadi 2,28 juta pada April. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi dalam 13 bulan terakhir.Dari sisi harga, batu bara Afrika Selatan lebih murah dibandingkan dengan Australia tetapi kualitasnya mirip.

Harga batu bara di pelabuhan Richards Bay Afrika Selatan 5.500 kcal/kg ada di kisaran US$ 106,33 per ton, 10% lebih murah dibandingkan batu bara di pelabuhan Newcastle Australia.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


India Umumkan Aturan Darurat Soal Batu Bara, RI Bakal Untung?

(miq/miq)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts