Sambut Libur Panjang, Rupiah Melemah 2 Hari Beruntun

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (18/4/2023). Rupiah kini sudah melemah dua hari beruntun dan besok hingga Selasa pekan depan pasar keuangan RI libur Hari Raya Idul Fitri.

Read More

Melansir Refinitiv, rupiah menutup perdagangan di Rp 14.840/US$, melemah 0,37% di pasar spot.

Awal pelan kemarin rupiah merosot hingga 0,61%. Tetap, pelemahan dalam dua hari terakhir terbilang wajar sebab rupiah sebelumnya sudah melesat dalam lima pekan dan menyentuh level terkuat sejak Agustus 2022.

Pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) hari ini menjadi perhatian. memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.

Demikianlah disampaikan Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers usai RDG, di Kantor Pusat BI, Jakarta, Selasa (18/4/2023).

“Keputusan ini konsisten dengan stance kebijakan moneter yang pre-emptive dan forward looking untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan,” ujarnya.

Atas keputusan tersebut, BI meyakini inflasi dapat terkendali ke depannya, yaitu pada level 3% plus minus 1%.

“Bank Indonesia meyakini bahwa BI7DRR sebesar 5,75% memadai untuk mengarahkan inflasi inti terkendali dalam kisaran 3,0±1% di sisa tahun 2023 dan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) dapat kembali ke dalam sasaran 3,0±1% lebih awal dari prakiraan sebelumnya,” terang Perry.

“Kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah juga terus diperkuat guna mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation) dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global terhadap nilai tukar rupiah,” pungkasnya.

Sementara itu kemarin Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan surplus neraca perdagangan yang menurun jauh mencapai US$ 2,91 miliar. Posisi surplus ini dicapai setelah impor Indonesia tercatat US$23,50 miliar lebih rendah dari ekspor sebesar US$ 20,59 miliar.

Surplus tersebut jauh lebih rendah dibandingkan Februari 2023 yang mencapai US$ 5,48 miliar. Surplus ini jauh lebih rendah dari konsensus pasar yang dihimpun Tim Riset CNBC Indonesia dari 14 lembaga. Lembaga tersebut memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Maret 2023 sebesar US$ 4,19 miliar.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Rupiah Sentuh Rp 15.700/USD, Bisnis Sektor Ini Harus Waspada!

(pap/pap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts