Suku Bunga Acuan Ga Naik, bjb Optimalisasi Penyaluran Kredit

Jakarta, CNBC Indonesia – PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (bank bjb) menilai keputusan Bank Indonesia (BI) mempertahankan Suku Bunga Acuan di angka 5,75sudah tepat. Kebijakan tersebut pun diyakini dapat mendorong pemulihan ekonomi sekaligus membantu industri perbankan.

Read More

Keputusan BI mempertahankan suku bunga tentu sudah mempertimbangkan berbagai hal, terutama untuk mendorong pemulihan ekonomi di tengah mulai terkendalinya inflasi. Kebijakan tersebut di sisi lain membantu perbankan dan bank bjb dalam mengelola biaya dana dengan lebih efisien, sehingga penyaluran kredit bisa lebih optimal,” kata Pemimpin Divisi Corporate Secretary bank bjb, Widi Hartoto, dalam siaran pers, dikutip Jumat (30/6/2023).

Dia mengungkapkan, bank bjb mencatat pertumbuhan kredit dan pembiayaan sebesar10,8menjadi Rp 116,45 triliun hingga triwulan I2023 (year on year). Pertumbuhan ini terjadi pada seluruh segmen kredit baik konsumer maupun dari segmen bisnis.

Widi pun memproyeksikan pertumbuhan kredit bank bjb secara keseluruhan pada 2023 sebesar 10,4year on year atau tumbuh positif meski tidak setinggi realisasi pertumbuhan kredit di tahun lalu. Optimisme bank bjb tersebut antara lain didorong oleh kondisi moneter dan ekonomi serta relatif terjaganya risiko dalam penyaluran kredit.

Sebelumnya Gubernur BI Perry Warjiyo, menyampaikan keputusan mempertahankan suku bunga acuan konsisten dengan sikap kebijakan moneter. Keputusan itu diambil dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 Juni lalu, yang mana BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) dipertahankan sebesar 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,5%.

Keputusan mempertahankan BI7DRR sebesar 5,75% ini konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada sisa 2023. Fokus kebijakan diarahkan pada penguatan stabilitas nilai rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation) dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.

Keputusan BI ini juga mempertimbangkan berbagai faktor di dalam dan luar negeri. Antara lain ketidakpastian perekonomian global yang kembali meningkat dengan kecenderungan risiko pertumbuhan melambat dan kebijakan suku bunga moneter di negara maju yang lebih tinggi.

Kemudian pertumbuhan ekonomi global diperkirakan sebesar 2,7secara tahunan dengan risiko perlambatan terutama di Amerika Serikat dan China.

Sementara di dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik didukung permintaan domestik dan kinerja ekspor. Nilai tukar rupiah juga terkendali sejalan dengan kebijakan stabilisasi yang ditempuh BI, di mana inflasi menurun ke dalam sasaran tiga persen lebih cepat dari perkiraan pemerintah.

“Penurunan inflasi terjadi di semua kelompok. Inflasi inti Mei 2023 tercatat 2,66secara tahunan, lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 2,83%,” jelas Perry.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Laba Mitra KUB Tumbuh 30%, Bank bjb Buka Pintu Kolaborasi BPD

(dpu/dpu)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts